Bukti ilmiah modern membuktikan akan kandungan dan khasiat madu. Madu mengandung berbagai jenis komponen gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Yaitu karbohidrat, asam amino, mineral, enzim, vitamin, air, dan zat-zat organik lainnya. Madu sebagian besar mengandung karbohidat berupa gula glukosa dan fruktosa, yang sudah jelas berbeda dengan gula pada gula pasir atau gula aren yaitu sebagian besar adalah gula sukrosa. Gula pada madu dapat langsung diserap darah, sedangkan sukrosa harus melalui proses pencernaan. Nilai kalori madu sangat besar 3.280 kal/kg, setara dengan kalori 50 butir telur ayam, 5,7 liter susu.

     Madu kaya akan mineral penting (K, Ca, Fe, I, Na, S, Cl, P, Mn, Mg) yang dibutuhkan tubuh agar tetap bugar, asam lemak vitamin B komplek (kecuali B1), D, E dan K serta berbagai macam enzim. Kandungan garam mineral madu serupa dengan kandungan garam mineral dalam darah manusia. Zat besi Fe dapat meningkatkan jumlah eritrosit darah dan meningkatkan kadar hemoglobin. Asetil kolin dalam madu dapat melancarkan metabolisme seperti memperlancar peredaran darah dan menurunkan tekanan darah.Ada berbagai jenis enzim seperti diastase,invertase, katalase, peroksidase, dan lipase yang membantu proses pencernaan sehingga memperlancar metabolisme. Sejumlah asam amino seperti asam malat, tartarat, sitrat, laktat, juga berperan dalam metabolisme. Madupun mengandung perangsang biogenik yang berperan meningkatkan kesegaran.

     Di dalam madu masih terkandung biose atau zat pengatur tumbuh yang mempercepat pertumbuhan akar, tunas, serta pembuangan pada tanaman, selain zat antibakteri, sehingga bisa membantu mempercepat pulihnya jaringan yang luka serta mencegah infeksi.

    Vitamin B2 dan B6 yang berperan dalam metabolisme protein dan mencegah penyakit kulit. Ada pula B3 (asam pantotenat) dan H (biotin) yang berperan dalam metabolisme lemak dan protein serta menghambat penyakit kulit seperti eksim dan herpes. Madu mengandung anti bakteri dan bersifat higrokopis (menarik air dari lingkungan), sehingga dapat digunakan sebagai kompres luka luar akibat infeksi dan luka yang bersifat basah akan lebih cepat kering. Zat antibakteri yang terdapat dalam madu adalah hidrogen peroksida, dan juga adanya peranan senyawa flavonoid (terutama asam caffeat, asam ferulat).

     Madu mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah keriput atau penuaan dini. Semakin gelap warna madu maka semakin besar kandungan anti oksidannya (senyawa fenol). Zat antibakteri dalam madu dapat menyembuhkan jerawat. Hidrogen feroksida juga sangat efektif untuk membersihkan kulit. Enzim peroksidase melakukan oksidasi metabolisme peroksida yang merupakan limbah metabolisme, yang dapat mempercepat penuaan. Selain sebagai nutrisi kulit, madu sebagai pelembab alami kulit dan berperan dalam perawatan rambut. Ini terbukti, telah digunakannya madu pada produk perawatan kulit dan rambut.

     Beberapa asam organik madu (asam asetat, butirat, formiat, suksinat,glokolat, malat, sitrat,piruvat) terdapat juga hormon gonadotropin yang berguna bagi kesuburan refroduksi, serta berbagai senyawa penting lainnya yang sangat berguna bagi kesehatan kita.

Karakteristik MADU

     Karakteristik madu berbeda-beda tergantung jenis atau asal nektar bunga yang dikumpulkan lebah. Dari perbedaan asal nektar bunga tersebut akan menhasilkan warna, rasa, kkentalan, aroma yang berbeda-beda pula. Warna madu berkisar dari water white (bening) hingga dark amber (coklat gelap kehitaman). Sedangkan rasanya, semakin gelap warna madu akan menghasilkan rasa yang semakin kuat. Kekentalan madu di pengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, serta asal nektar bunga. Begitu juga dengan aroma, aroma akan semakin tajam dengan semakin gelapnya warna madu.

     Tak jarang terjadi, madu yang disimpan relatif lama (pada suhu ruang) akan mengkristal atau dan timbul suatu endapan, walaupun madu tersebut terjamin keasliannya. Pengkristalan madu terjadi karena adanya perubahan kadar gula akibat fermentasi dan hidrolisis sukrosa oleh enzim invertase. Akibatnya kadar glukosa lebih tinggi dari fruktosa, kemudian glukosa mengkristal dalam larutan madu. Pengkristalan bisa terjadi pada semua jenis madu, terutama madu karet. Adapun proses pengendapan, yaitu muncul endapan warna kuning terjadi karena perbedaan berat jenis madu dari sumber nektar yang berbeda. Kejadian tersebut merupakan proses alami, tetapi tidak berlaku pada semua jenis madu. Biasanya yang mengalami pengendapan adalah madu kaliandra.


Cara Mengetahui Keaslian MADU

    Bagaimanakah cara mengetahui keaslian dan kemurnian madu?. Ada beberapa cara mudah yang berkembang di masyarakat untuk mengetes keaslian madu.

Dengan meneteskannya pada selembar kertas koran, maka madu asli akan lebih sulit terserap oleh kertas koran

- Simpan madu dalam kantong plastik, madu asli akan menggembung membentuk gas.

Dengan mengolesi kepala (belerang) korek api dengan madu, jika madu tersebut adalah madu asli, maka setelah berselang minimal satu jam, korek api akan tetap bisa menyala.

- Dengan cara mencampur 1 sdm madu dengan kuning telur ayam mentah, jika kuning telur jadi mengental/mengkristal berbiji atau matang maka madu tersebut adalah madu asli.

- Simpanlah madu dalam freezer lemari es, madu yang asli tidak akan membeku, walau akan menjadi lebih kental tetapi tidak beku/padat.

Tapi cara-cara tersebut bukanlah cara baku yang dengan pasti dapat menentukan keaslian madu. Karena dengan teknologi pencampuran dan pemalsuan dapat dibuat madu palsu yang mirip sekali dengan madu asli. Ada pula yang percaya madu asli tidak akan dikerumuni semut. Benarkah demikian?. Perhatikan fakta berikut ini: Kehadiran semut disarang lebah madu dapat merugikan produksi karena serangga itu memakan madu, tempayak, lilin dan sisa-sisa pakan lebah. Semut juga memangsa lebah yang sudah mati (Sarwono,B,2001). Semut merupakan salah satu hama yang dapat menyerang sarang lebah madu, dan memakan madu. Jadi tidak benar jika semut tidak akan mengerumuni madu asli/murni. Seandainya semut tidak mengerumuni madu, bisa disebabkan oleh rasa madu yang tidak disukai (madu pahit) atau aroma yang tajam menyengat.

     Di laboratorium madu palsu akan sangat mudah diketahui berdasarkan hasil analisa kandungan HMF (5 hydroxy methyl furfural) dengan jumlah maksimum 3mg/100 gr, kadar air maksimum 22%, aktivitas enzim diastase min.5 serat rasio kalium dan Natrium adalah sekitar 4, kadar gula (Fruktosa dan glukosa) min. 60%. HMF merupakan hasil pemecahan glukosa dan fruktosa.. Namun, anda jangan khawatir untuk bisa mendapatkan madu asli dipasaran. Pastikanlah bahwa perusahaa yang memasarkan madu berani memberikan jaminan 100% terhadap keaslian atau kemurnian madu. Kemudian ditinjau dari harga, madu asli yang berkualitas memiliki harga yang cenderung tinggi. hindari membeli madu yang harganya murah. Belilah madu hanya di tempat-tempat yang dapat dipercaya.

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan:

- Konsumsilah madu dalam keadaan perut kosong dan berbentuk larutan. Bentuk larutan madu akan lebih mudah diserap oleh saluran pencernaan. Larutkan madu dengan air hangat jangan dengan air panas/mendidih.

- Konsumsi madu yang ideal bagi orang dewasa adalah 3-7 sdm per hari (100-200gr), sedangkan untuk anak-anak adalah setengahnya.

- Simpan madu dalam wadah yang tertutup rapat agar tidak bereaksi dengan lingkungan, dan menyerap uap air yang ada diudara karena sifat madu higroskopis (mudah menyerap air)

- Simpanlah madu dalam wadah kaca atau plastik yang kedap udara. Jangan menyimpan madu dalam wadah logam. Karena akan terjadi reaksi kimia antara wadah dengan asam-asam oganik madu yang menghasilkan senyawa beracun.

- Hindarkan madu dari jangkauan sinar matahari. Karena zat anti bakteri dalam madu akan rusak, dan juga zat besi dalam madu akan teroksidasi yang menyebabkan penurunan manfaat dan kualitas madu.

Resep Dari MADU :

- Pisang ambon dicampur dengan madu dan susu merupakan makanan bayi yang baik dan menyehatkan.

- Pisang (jenis sesuai selera) dilumatkan, dicampur dengan segelas air kelapa muda dan sedikit madu kemudian disaring. Air hasil saringan berkhasiat bagi penderita campak dan TBC.

- Beberapa tetes sari buah pepaya dicampur madu berkhasiat memperlancar air susu ibu.

- Pepaya dicampur madu dan susu merupakan tonikum yang baik untuk pertumbuhan anak, wanita hamil dan menyusui.

- Jeruk peras ditambah madu dapat mengatasi gangguan jantung.

- Segelas air ditambah air jeruk, sedikit garam dan satu sendok makan madu, berkhasiat untuk penderita TBC, Asma, masuk angin dan bronchitis.

- Air kelapa ditambah sedikit madu berkhasiat untuk meniadakan akibat buruk dari gairah sex yang berlebihan.

- Segelas penuh sari mentimun dicampur satu sendok teh madu dan satu sendok teh sari jeruk nipis bermanfaat untuk memperlancar buang air kecil, mengatasi keracunan saat hamil dan kencing yang sedikit akibat kurang cairan.(Jenis madu yang digunakan bisa madu apa saja sesuai selera, tetapi sebaikya disesuaikan dengan tujuan pemakaian dan khasiat khusus madu. Sebagai contoh untuk poin 1, sebaiknya gunakan madu kapuk randu, untuk poin 8, gunakan madu klengkeng atau madu rambutan).

Pendahuluan
 
Perawatan luka saat ini berkembang sangat pesat. Konsep-konsep baru bermunculan seiring dengan ragam penelitian yang membahas faktor-faktor yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Sejak ditemukannya konsep “moisture” oleh George Winter pada tahun 1962 productpun mengembangkan balutan dengan konsep lembab seperti hidrokoloid, hidrogel, hidrocelulosa dan lain-lain yang disebut dengan modern atau advanced dressing. Hal ini sangat membantu pasien-pasien luka dengan memperpendek hari rawat atau mempercepat penyembuhan.
Menurut Carvile K (1998) tujuan utama pemberian balutan pada luka adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan. Tidak ada satu jenis dressing yang cocok untuk semua luka atau semua orang[1]. Sehingga pemilihan dressing ditentukan berdasarkan pengkajian sesuai kebutuhan pasien dan jenis lukanya. Penggunaan dressing untuk perawatan luka sudah mengarah pada satu gerakan yang didasarkan pada pengukuran biaya untuk penggunaan dressing[2]. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa tidak semua pasien dapat menggunakan advandce dressing karena harga setiap product yang cukup tinggi. Hal ini menuntut kita untuk dapat menentukan balutan yang paling tepat dan sesuai bagi klien dan perlu diketahui apa permasalahan klien dalam penyembuhan luka tersebut, termasuk masalah ekonomi.
Beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian dilakukan untuk mencari bahan alamiah lain yang dapat digunakan sebagai alternative dressing luka antara lain madu, papaya dan aloe vera. Bahan-bahan ini murah dan mudah didapatkan di daerah atau dipelosok Indonesia. Namun pada kesempatan ini akan diuraikan salah satu alternative dressing yaitu madu dan mengapa madu dapat menjadi dressing yang menakjubkan.
Penanganan luka infeksi dengan madu sudah digunakan sejak 2000 tahun sebelum bakteri penyebab infeksi diketahui. Baru-baru ini, dilaporkan bahwa madu memiliki efek inhibitor terhadap 60 jenis bakteri termasuk aerob dan anaerob, gram positif dan gram negative, anti jamur; aspergillum dan penicilium termasuk bakteri yang resisten terhadap antibiotik[3]. Dari data diatas sayang rasanya bila madu tidak dijadikan salah satu pilihan dressing luka.

Apakah madu itu?

Madu adalah larutan gula dengan saturasi tinggi yang dihasilkan oleh lebah. Lebah madu (Apis melifera) mengumpulkan cairan dari sari bunga yang disebut nectar dan di bawa ke sarang lebah. Di dalam sarang, lebah madu menambahkan enzim ke nectar dan menempatkannya dalam wadah hexagonal yang mematangkan menjadi madu. Selama pematangan enzim merubah sucrose menjadi glukosa dan fruktosa[4]. Madu mengandung glukosa 40%, air 20% dan asam amino[5].
Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon[6].

Mengapa Madu ?

Mengapa Madu ? Madu yang mengandung berbagai macam zat yang dapat membantu penyembuhan luka mempunyai : osmotic effect, hydrogen peroxide, phytocemical component, lymphocyte & phagocytic activity dan anti microbial potency.>.

1. Osmotic effect

Madu meliliki efek osmotic yaitu memiliki osmolaritas yang cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Madu merupakan cairan yang mengandung glukosa dengan saturasi yang tinggi yang mempunyai interaksi yang kuat terhadap molekul air. Kekurangan kadar air dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dari penelitian telah dtemukan bahwa luka yang terinfeksi dengan staphylococcus aureus dan diberi madu luka menjadi steril.
Kandungan anti bacterial madu pertama kali dikenalkan oleh Van Ketel tahun 1982. The antibacterial property of honey was first recognised in 1892 by Van Ketel. Hal ini diasumsikan bahwa efek osmotic dihasilkan oleh kandungan gula yang tinggi di dalam madu. Madu, seperti larutan gula lainnya; syrup, memiliki osmolaritas yang cukup untuk menghambat bakteri. Madu juga telah menunjukkan pada luka yang terinfeksi staphylococcus aureus dapat dengan cepat diubah menjadi steril [7].
Bukti kandungan antibakteri pada madu meningkat bila diencerkan setelah di teliti dan dilaporkan pada tahun 1919. Penjelasan ini berasal dari penelitian bahwa madu mengandung enzim yang memproduksi hydrogen peroksida ketika diencerkan.

2. Hydrogen peroxide activity

Ketika madu diencerkan oleh cairan eksudat luka, hydrogen peroksida di keluarkan melalui rekasi enzim glucose oxidase. Cairan ini dikeluarkan secara perlahan untuk menyediakan aktivitas antibacterial namun tidak merusak jaringan.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa hydrogen peroxide mempunyai efek kurang baik untuk jaringan, akan tetapi hydrogen peroxide yang terkandung dalam madu adalah berkisar 1 mmol/l atau 1000 kali lebih rendah dari 3% cairan yang umum dipakai sebagai antiseptic dan masih efektif sebagai antibacterial dan tidak merusak sel fibroblast. Efek dari hydrogen peroxide yang bersifat merusak dapat dikurangi karena madu mempunyai anti oksidan yang dapat membersihkan radikal oksigen bebas. Selain itu madu juga menonaktifkan zat besi sebagai katalisator
Penelitian pada binatang didapatkan bahwa madu dapat menurunkan inflamasi dibandingkan jenis lain pada luka bakar dalam dan luka bakar superfial dan luka derajat full thickness.
Meskipun kadar hydrogen peroksida sangat rendah namum masih efektif sebagai antimikroba. Hal ini telah dilaporkan bahwa hydrogen peroksida lebih efektif bila diberikan secara terus menerus. Sebuah penelitian pada E. Coli untuk mengetahui aliran hydrogen peroksida yang ditambahkan secara constan, menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh 0,02 – 0,05 mmol/l hydrogen peroksida, concentrasi tersebut tidak merusak sel fibroblast pada kulit manusia[8].

3. Phytochemical component

Pada beberapa pengobatan madu dengan katalis untuk mengeluarkan aktivitas hydrogen peroksida, selain itu factor antibacterial nonperoksida juga diidentifikasi. Manuka (Leptospermum scoparium) honey juga telah ditemukan substansi dari aktivias antibacterial non perioksida. Penemuan ini terjadi karena masih banyaknya komponen phytocemical yang tidak teridentifikasi, sehingga penyelidikan terhadap kandungan phytocemical madu akan tetap dilanjutkan.
Penelitian yang serupa telah ditemukan madu yang mengandung spesies leptospermum yang tidak teridentifikasi di Australia, ‘jellybush’ [C. Davis, Queensland Department of Primary Industries: personal communication].

4. Increased lymphocyte and phagocytic activity

Dalam kultur sel ditemukan adanya proliferasi limposit B dan limposit T pada darah perifer yang distimulasi oleh madu dengan konsentrasi 0,1%; pagosit diaktifkan oleh madu pada konsentrasi 0,1%. Pada konsentrasi 1 % madu juga menstimulasi monocyte dalam kultur sel untuk mengeluarkan cytokine, tumor necrosis factor (TNF)-alpha, interleukin(IL)-1 dan IL-6, dimana mengaktifkan aktifitas respon imun terhadap infeksi.
Sebagai tambahan, madu juga mengandung glukosa dan PH asam (antara PH 3 dan PH 4) yang dapat membantu membunuh bakteri oleh macrophage, madu sebagai terapi untuk luka mempunyai beberapa segi kebaikan ; memudahkan pengangkatan balutan ; mempertahankan kelembaban sekitar luka.

5. Anti-bacterial potency

Madu dihasilkan dari berbagai sumber sari bunga berbeda dan menjadi antimikroba yang asli dan olahan. Dioscorides (c.50 AD) menyatakan bahwa madu kuning pucat dari Africa yang terbaik; Aristotle (384-322 BC), ketika mendiskusikan perbedaan madu, menunjukkan bawha madu yang berwarna pucat baik untuk salep mata dan luka.
Kemudian sebuah survey terhadap 345 samples madu New Zealand dari 26 sumber bunga yang berbeda ditemukan jumlah yang besar dengan aktivitas rendah (36 % sampel mempunyai aktivitas mendekati atau dibawah kadar). Selain itu hasil survey yang tidak dipublikasikan, 340 sampel madu Australia dari 78 sumber bunga yang berbeda ditemukan 68,5% memiliki dibawah kadar yang dibutuhkan.
Pada percobaan acak ditemukan pada luka eksisi dan skin graft menjadi baik dengan madu pada pengontrolan infeksi pada pasien luka bakar sedang.

Uji Klinis dan Laboratorium
Molan dalam artikelnya berjudul Honey as a tropical antibacterial agent for treatment of infected wounds dalam World Wide Wounds, 2001 menguraikan beberapa uji klinis tentang madu antara lain :
Pada suatu studi yang menggunakan madu pada Sembilan bayi dengan luka bedah infeksi yang luas yang gagal dengan antibiotic IV, dicuci dengan cairan 0,05% chlorhrxidine dan di balut dengan asam fusidic ointment. Secara klinis memperlihatkan peningkatan setelah 5 hari menggunakan madu, dan seluruh luka tertutup, bersih dan bebas dari infeksi setelah hari ke 21 penggunaan madu.
Pada percobaan acak dengan kelompok kontraol, 26 pasien dengan luka infeksi post operasi diterapi dengan madu dan 24 pasien lukanya di cuci dengan 70% etanol dan povidone iodine. Kelompok yang diterapi dengan madu dapat menghilangkan infeksi dan mencapai penyembuhan lebih cepat ½ kali di banding kelompok yang menggunakan antiseptic.
Percobaan kllinis yang membandingkan madu dengan silver sulfadiazine ointment pada luka bakar derajat II. Dari keduanya menunjukkan bahwa madu memberikan control infeksi yang lebih baik.
Luka infeksi oleh Pseudomonas, tidak ada respon dengan terapi lain, terjadi pembersihan infeksi cepat dengan menggunakan madu.
Pada pasien dengan luka infeksi yang bakteri yang resistant, tidak ada respon terapi antibiotic, hasil baik dicapai setelah 5 minggu perawatan dengan madu. Bakteri yang mengenfeksi luka yang ditemukan resisten terhadap ampicilin, oxytetracycline, gentamicin, chloramphenicol dan cephadine. Luka yang terinfeksi MRSA juga dapat diatasi infeksinya dan sembuh menggunakan balutan madu termasuk leg ulcer, luka berongga akibat haenatom dan luka operasi.
Kondisi luka bagaimana madu digunakan?
Madu biasanya digunakan sebagai topical antibacteri untuk penanganan infeksi pada tipe luka yang luas seperti : Leg Ulcers, Pressure ulcers, Diabetic foot ulcers, Luka infeksi akibat kecelakaan atau pembedahan dan luka bakar[9]. Madu lebih efektif digunakan bila kondisi luka yang sesuai dengan kemampuan madu itu sendiri. Pada leg ulcer akan efektif digunakan bila sudah terjadi luka kronis, atau dengan eksudat yang banyak khususnya venous ulcer. Untuk pressure ulcers, madu efektif bila luka dalam kondisi eksudat banyak, slough namun kurang efektif untuk luka nekrotik, demikian pula untuk luka diabetic. Luka infeksi akibat pembedahan atau kecelakaan sangat baik diberi madu karena madu mempunyai efek osmolaritas, antimicrobial dan pythocemical yang dapat menginhibisi kuman. Sedangkan luka bakar yang dapat didukung proses penyembuhannya oleh madu adalah luka bakar suferficial dan full thickness karena dapat menurunkan proses inflamasi.

Bagaimana Cara Penggunaan madu pada luka?
Tips umum penggunaan madu pada luka antara lain :
1. Jumlah madu yang digunakan tergantung dengan jumlah cairan exudates luka. Eksudat yang banyak memerlukan jumlah substansi madu untuk dipakai.
2. Frekuensi penggantian balutan tergantung seberapa cepat madu diencerkan oleh eksudate. Sebaiknya tidak sering diganti untuk memungkinkan madu memulai bekerja dalam proses penyembuhan luka.
3. Balutan tertutup membantu untuk mencegah keluarnya ozon madu keluar dari luka
4. Sebaiknya madu di ratakan pada balutan (impregnated) lalu ditempelkan pada luka daripada madu ditempelkan langsung ke luka.
5. Untuk luka dengan eksudate yang banyak, secondary dressing dibutuhkan untuk menampung rembesan madu yang encer dari primary dressing.
6. Madu aman dimasukkan kedalam luka yang berongga dan bersinus, karena madu merupakan cairan yang dapat larut dan mudah dibilas keluar; beberapa endapannya tidak menjadi benda asing bagi tubuh (bio degradable)
7. Madu dapat di impregnated dengan alginate.
8. Balutan madu yang digunakan melebihi pinggir luka

Kesimpulan
Pemilihan balutan sebaiknya menggunakan berbagai pertimbangan sebelumnya. Perawat harus mampu mengetahui balutan apa yang cocot bagi pasien dan persoalam apa yang dihadapi pasien (termasuk masalah ekonomi). Penggunaan madu dapat dijadikan pillihan, selain madu lebih murah, juga mempunyai efek yang baik bagi luka karena dapat memfasilitasi luka sehingga lingkungan di sekitar luka menjadi kondusif bagi penyembuhan luka. Kandungan madu yang dapat menjaga lingkungan kondusif bagi luka antara lain high osmolarity, dapat mengeluarkan hydrogen peroxide, anti bakteri, komponen phytocemical, dan dapat meningkatkan limposit T, limposit B serta meningkatkan kerja pagosit.
Madu dapat di aplikasikan pada banyak jenis luka, namun perlu dipertimbangkan fungsi madu dan bagaimana efek kerjanya pada luka. Misalnya luka derajat I tidak akan efektif oleh madu, madu juga tidak memiliki efek langsung terhadap luka necrotic.
Madu mengandung banyak manfaat bagi penyembuhan luka, namun tidak semua jenis madu dapat memiliki kandungan yang sama tergantung jenis dan sumber makanan yang dimakannya. Dan menurut penelitian madu yang berwarna kuning pucat yang terbaik.

Referensi
1. Carvile K. Wound care manual. 3rd ed. St. Osborne Park: The Silver Chain Foundation ; 1998
2. Molan PC. Honey as a tropical antibacterial agent for treatment of infected wounds. World Wide Wounds. 2001
3. Molan PC. The antibacterial activity of honey. 1.The nature of the antibacterial activity. Bee World 1992; 73(1): 5-28.
4. Ngan V. Honey.Waikato Honey Research Unit
5. Suriadi. Manajemen luka. Pontianak: Stikep Muhammadiyah; 2007
Yahya H. Keajaiban lebah madu.

[1] Carvile K. Wound care manual. 3rd ed. St. Osborne Park: The Silver Chain Foundation ; 1998
[2] Suriadi. Manajemen luka. Pontianak: Stikep Muhammadiyah; 2007
[3] Molan PC. The antibacterial activity of honey. 1.The nature of the antibacterial activity. Bee World 1992; 73(1): 5-28.
[4] Comvita. Research supports Manuka honey wound healing properties; June 2008
[5] Suriadi. Manajemen luka. Pontianak: Stikep Muhammadiyah ; 2007
[7] Molan PC. Honey as a tropical antibacterial agent for treatment of infected wounds. World Wide Wounds. 2001
[8] Molan PC. Honey as a tropical antibacterial agent for treatment of infected wounds. World Wide Wounds. 2001
[9] Ngan V. Honey.Waikato Honey Research Unit

Kontak Kami

Untuk Pemesanan :
0813 7859 4245
0853 6176 9237

Produk dan Harga

Alamat Kami :
Blok Gading Gg. Mufakat No. 229 (Berdekatan dengan Musholla Al Furqon Al Furqon) Klambir V Kampung
Kec Hamparan Perak Kab Deli serdang 20374 (Google Map)

Klik untuk Gabung/Mengikuti

Pembayaran

Pembayaran dapat dilakukan melalui rekening di bawah ini. Harap dikonfirmasi melalui sms/telpon/WA

BANK BNI
Atas Nama Azis Muslim
No. Rek 0249013303


NB :
Untuk Transfer Uang saat ini, kami hanya menggunakan rekening di atas. Terima kasih atas perhatiannya

Popular Posts