Meskipun lebih dari 1400 tahun lalu Allah melalui ayat-ayat Al-Qur’an telah memberitahukan bahwa madu sebagai obat, baru beberapa tahun belakangan para ilmuwan membuat berbagai penelitian mengenai kemampuan madu sebagai obat.

Salah satu peneliti yang sangat mendalami masalah madu ini adalah Peter Nolan seorang ahli riset biokimia dari The University of Waikato – New Zealand.

Peter Nolan mempunyai cerita favorit mengenai keandalan madu sebagai antibiotik ini, yaitu berdasarkan pengalaman langsung yang dialami seorang remaja Inggris berusia 20 tahun yang luka di tangannya tidak mempan diobati oleh berbagai jenis antibiotik.

Remaja ini kemudian mendengar tentang pengobatan dengan madu dan minta dokternya untuk mengobati dengan madu. Karena berbagai cara telah dilakukan, maka tim dokterpun tidak keberatan untuk mencoba cara lain dengan madu ini. Setelah pengobatan dengan madu berjalan selama satu bulan, ternyata luka di tangan remaja tersebut benar-benar sembuh dan tangannya dapat berfungsi kembali.

Madu ternyata dapat menumpas spesies mikroba yang resisten terhadap antibiotik buatan manusia. Penggunaan madu sebagai antibiotic juga memiliki beberapa keunggulan antara lain :

• Pengobatan dengan madu tidak menimbulkan inflamasi
• Madu menyebabkan rasa sakit berkurang
• Madu membersihkan infeksi
• Madu menghilangkan bau pada luka
• Penyembuhan berjalan cepat tanpa menimbulkan bekas luka
• Madu bersifat antimicrobial yang dapat mencegah microba tumbuh
• Tidak menimbulkan rasa sakit pada saat penggantian pembalut karena tidak lengket
• Mempunyai stimulatory effect yang mempercepat tumbuhnya jaringan tubuh kembali

Hasil riset di universitas tersebut juga membuktikan madu lebih efektif dari antibiotik buatan manusia seperti silver sulfadiazine.

Sumber

Beberapa Hasil penelitian madu asli yang dapat kami cantumkan, Madu adalah makanan yang mengandung aneka zat gizi seperti karbohidrat , protein, asam amino, vitamin, mineral, dekstrin, pigmen tumbuhan, dan komponen aromatik.

Bahkan dari hasil penelitian ahli gizi dan pangan, madu mengandung karbohidrat yang paling tinggi di antara produk ternak lainnya; susu, telur, daging, keju, dan mentega. Yaitu sekitar 82,3% lebih tinggi.

Setiap 100 gram madu murni bernilai 294 kalori. Dengan kata lain, tiap 1000 gram madu murni setara dengan 50 butir telur ayam atau 5,675 liter susu atau 1680 gram daging. Dari hasil penelitian terbaru didapat bahwa zat-zat atau senyawa yang ada di dalam madu sangatlah kompleks, yaitu mencapai 181 jenis .

Khasiat Madu Bagi Kesehatan
“Dari perut lebah itu keluar cairan dengan berbagai warna, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia.” (QS. An-Nahl: 69)

Madu adalah makanan yang mengandung aneka zat gizi seperti karbohidrat , protein , asam amino, vitamin, mineral, dekstrin , pigmen tumbuhan dan komponen Aromatik. Bahkan dari hasil penelitian ahli Gizi dan pangan ,madu mengandung karbohidrat yang paling tinggi diantara produk ternak lainnya susu, telur , daging, keju dan menterga sekitar (82,3% lebih tinggi) Setiap 100 gram madu murni bernilai 294 kalori atau perbandingan 1000 gram madu murni setara dengan 50 butir telur ayam atau 5,675 liter susu atau 1680 gram daging. Dari hasil penelitian terbaru ternyata zat-zat atau senyawa yang ada didalam madu sangat komplek yaitu mencapai 181 jenis .

Khasiat madu telah dikenal sejak jaman Mesir Kuno . Bahkan Ratu Cleopatra telah menggunakan untuk merawat kesehatan dan kecantikannya. Selain itu juga madu dipergunakan untuk ramuan pembalseman ( embalming ) untuk mengawetkan Mummi Raja-raja Mesir Kuno. Tradisi orang Jepang adalah meminum madu setiap malam agar bangun tidur dalam keadaan segar dan sehat.
Salah satu keunikan madu adalah karena madu mengandung zat antibiotik . Hal itu hasil penelitian Peter C Molan ( 1992 ) , peneliti dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto , Selandia Baru. Menurutnya Madu terbukti mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai kuman patogen penyebab penyakit.

Selain itu juga peneliti dari Departement of Biochemistry , Faculty of Medicine , University of Malaya di Malaysia, Kamaruddin (1997) juga menyebutkan Bahwa di dalam madu terkandung zat anti mikrobial, yang dapat menghambat penyakit.

Beberapa penyakit infeksi oleh berbagai patogen yang dapat dicegah dan disembuhkan dengan minum madu secara teratur diantaranya : Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA),batuk, demam, penyakit luka tukak lambung, infeksi saluran pencernaan , penyakit kulit.
Pada saat ini masyarakat lebih mengenal Madu Arab, Madu Kalimantan atau Madu Sumbawa. Padahal mutu dan kualitas madu sangat tergantung pada asal nektar bunga yang dihisap oleh lebah. Sehingga penamaan yang lazim dikenal saat ini adalah bukan hanya lagi dari asal tempat diproduksi seperti yang disebutkan diatas, tetapi dari asal nektar seperti Madu Bunga Randu ( Ceiba petandra ), Madu Bunga Kopi ( Coffea arabica ), Madu Bunga Klengkeng ( Euphoria longana sp ), Madu Bunga Rambutan ( Nephelium lappaceum ), Madu Aneka jenis bunga ( Mix Flower ), Madu Bunga Durian ( Durio sp ), Madu Bunga Kelapa ( Cocos nucifera ), dsb. Masing-masing madu dari aneka jenis tumbuhan ini memiliki aroma yang khas dan khasiat yang berbeda-beda.

Madu dapat dikonsumsi oleh segala USIA , mulai dari Janin hingga Manula.
  • Memperkuat janin yang lemah dalam kandungan ( rahim ). Membantu menjaga stamina dan kesehatan Ibu Hamil karena memberikan asupan gizi yang tinggi bagi pertumbuhan janin yang sehat selama dalam kandungan Membantu perkembangan otak bayi, karena setiap harinya otak terus berkembang sampai dengan usia 5 tahun. Untuk itu ia membutuhkan gizi yang tinggi.
  • Mengobati luka bakar. Madu memiliki spesifikasi anti proses peradangan (inflammatory activity anti)Meningkatkan nafsu makan Anak-anak ( adanya unsur vitamin B yang lengkap dalam madu), dan mempercepat pertumbuhan fisik sehingga anak tumbuh sehat , lincah dan riang serta tahan penyakit. ( H.Mohamad , 2002 ).
  • Mengembalikan stamina dari kelelahan dan stress. Makanan terbaik yang sangat diperlukan bagi manula yang organ pencernaannya sudah mulai berkurang fungsinya, karena madu adalah sumber energi dan gizi yang dapat diserap langsung oleh tubuh .( Kesehatan 2001 ).
  • Bila digunakan untuk bersikat gigi bisa memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi, mengobati sariawan dan gangguan mulut lain.
  • Dengan menggunakan cairan madu berkadar 90% (madu dicampur air hangat) dua hari sekali di bagian-bagian yang terinfeksi di kepala, diurut pelan-pelan selama 2-3 menit, madu dapat membunuh kutu, menghilangkan ketombe, memanjangkan rambut, memperindah dan melembutkannya serta menyembuhkan penyakit kulit kepala.
  • Mampu menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes karena adanya unsur antioksidan yang menjadikan asimilasi gula lebih mudah di dalam darah sehingga kadar gula tersebut tidak terlihat tinggi. Madu nutrisi kaya vitamin B1, B5, dan C dimana para penderita diabetes sangat membutuhkan vitamin-vitamin ini. Sesendok kecil madu alami murni akan menambah cepat dan besar kandungan gula dalam darah, sehingga akan menstimulasi sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Sebaiknya penderita diabetes melakukan analisis darah dahulu untuk menentukan takaran yang diperbolehkan untuknya di bawah pengawasan dokter.
  • Mencegah terjadinya radang usus besar (colitis), maag dan tukak lambung. Madu berperan baik melindungi kolon dari luka-luka yang biasa ditimbulkan oleh asam asetat dan membantu pengobatan infeksi lambung (maag). Pada kadar 20% madu mampu melemahkan bakteri pylori penyebab tukak lambung di piring percobaan.
  • Amat bergizi, melembutkan sistem alami tubuh, menghilangkan rasa obat yang tidak enak, membersihkan liver, memperlancar buang air kecil, cocok untuk mengobati batuk berdahak. Buah-buahan yang direndam dalam madu bisa bertahan sampai enam bulan.
  • Madu dicampur dengan habbatus sauda’ yang sudah ditumbuk dibuat adonan setelah dicampur air panas kemudian diminum rutin berhari-hari dapat menghancurkan batu ginjal dan batu kandung kemih, memperlancar air seni, haid dan ASI.


Sebuah studi baru menemukan bahwa madu dapat membersihkan luka kronis dan mencegahnya berkembang lebih besar.  Para ahli mengatakan bahwa madu dapat menghalangi pertumbuhan bakteri  yang terdapat pada luka yang terinfeksi. Madu telah lama dikenal sebagai antimikroba yang dapat membunuh bakteri, selain itu madu juga dapat menghalangi pertumbuhan lemak pada bisul. 

 "Ada kebutuhan mendesak untuk menemukan cara-cara inovatif dan efektif untuk mengkontrol infeksi luka yang tidak mungkin dapat disembuhkan lagi, sehingga membuat kami terus untuk berusaha mencari obatnya," kata peneliti Sarah Maddocks yang berasal dari Cardiff Metropolitan University di Inggris.

Dalam penelitian lain, para peneliti Australia dari University Of Sidney melaporkan potensi madu dapat menggantikan krim antibiotik pada luka. Fungsi madu dapat bekerja lebih baik dari pada antibiotik untuk melawan infeksi.[]

Sumber

Meski mengandung kadar gula yang tinggi, namun madu memiliki berbagai khasiat positif bagi kesehatan. Baru-baru ini penelitian mengungkap manfaat madu untuk meredakan batuk balita di malam hari.

Selain meredakan batuk dan membuat tidur lebih tenang, berikut adalah beberapa khasiat madu yang menganggumkan.

1. Antibiotik oles
Penelitian menunjukkan beberapa penyakit kulit, seperti luka bakar, tergores, hingga bekas jahitan operasi, memberikan respon pada "terapi madu" yang dioleskan di bagian luka. Kandungan alami madu berupa hidrogen perioksida yang diproduksi dari enzim lebah diduga bekerja seperti antibiotika alami sehingga punya daya menyembuhkan.

2. Mengurangi gatal
Kandungan anti-inflamasi dalam madu terbukti membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi akibat gigitan nyamuk.

3. Meningkatkan kekebalan tubuh
Madu sangat kaya akan polifenol, jenis antioksidan yang membantu melindungi sel dari kerusakan radikal bebas, yang bisa memicu penyakit kanker dan penyakit jantung.

4. Meredakan gangguan pencernaan
Dalam penelitian tahun 2006 yang dipublikasikan dalam BMC Complementary and Alternative Medicine, para peneliti menyimpulkan bahwa mengganti gula dengan madu dalam makanan yang diproses akan meningkatkan mikroflora dalam usus. Tetapi penelitian itu baru dilakukan pada tikus laboratorium.

5. Mengobati jerawat
Menurut penelitian awal, madu jenis Manuka dan Kanuka efektif mengatasi jerawat vulgaris, yakni gangguan kulit yang disebabkan oleh inflamasi dan infeksi folikel pilosebaceous di wajah, punggung, atau dada.



Bukti ilmiah modern membuktikan akan kandungan dan khasiat madu. Madu mengandung berbagai jenis komponen gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Yaitu Karbohidrat, Asam amino, Mineral, Enzim, Vitamin, Air, dan Zat-zat organik lainnya. Madu sebagian besar mengandung Karbohidat berupa gula glukosa dan fruktosa, yang sudah jelas berbeda dengan gula pada gula pasir atau gula aren yaitu sebagian besar adalah gula sukrosa.

Gula pada madu dapat langsung diserap darah, sedangkan sukrosa harus melalui proses pencernaan. Nilai kalori madu sangat besar 3.280 kal/kg, setara dengan kalori 50 butir telur ayam, 5,7 liter susu.

Madu kaya akan mineral penting (K, Ca, Fe, I, Na, S, Cl, P, Mn, Mg) yang dibutuhkan tubuh agar tetap bugar, asam lemak vitamin B komplek (kecuali B1), D, E dan K serta berbagai macam enzim. Kandungan garam mineral madu serupa dengan kandungan garam mineral dalam darah manusia. Zat besi Fe dapat meningkatkan jumlah Eritrosit darah ( Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf.  Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.  ) dan meningkatkan kadar Hemoglobin ( Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Asetil kolin  (Asetilkolin merupakan salah satu jenis neurotransmiter/zat kimia penghantar rangsangan saraf. Asetilkolin merupakan gabungan senyawa kimia yang berperanan pada proses penyimpanan dan pemanggilan kembali memori, perhatian (atensi), maupun tindakbalas seseorang. Makin banyak asetilkolin yang disintesis, makin banyak pula yang dilepaskan ke dalam sistem saraf sehingga makin baik pula proses memori dan atensi. Ia juga berperanan dalam menghantar isyarat dalam bentuk kimia terus ke bahagian otot zakar dan bertindak balas secara mengembang, menutup salur darah dan mengeraskan zakar. ) dalam madu dapat melancarkan metabolisme seperti memperlancar peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Ada berbagai jenis enzim seperti diastase, invertase, katalase, peroksidase, dan lipase yang membantu proses pencernaan sehingga memperlancar metabolisme. Sejumlah asam amino seperti asam malat, tartarat, sitrat, laktat, juga berperan dalam metabolisme.

Madu mengandung perangsang biogenik yang berperan meningkatkan kesegaran .
Di dalam madu masih terkandung biose atau zat pengatur tumbuh yang mempercepat pertumbuhan akar, tunas, serta pembuangan pada tanaman, selain zat antibakteri, sehingga bisa membantu mempercepat pulihnya jaringan yang luka serta mencegah infeksi.

Vitamin B2 dan B6 yang berperan dalam metabolisme protein dan mencegah penyakit kulit. Ada pula B3 (asam pantotenat) dan H (biotin) yang berperan dalam metabolisme lemak dan protein serta menghambat penyakit kulit seperti eksim dan herpes. Madu mengandung anti bakteri dan bersifat higrokopis (menarik air dari lingkungan), sehingga dapat digunakan sebagai kompres luka luar akibat infeksi dan luka yang bersifat basah akan lebih cepat kering. Zat antibakteri yang terdapat dalam madu adalah hidrogen peroksida, dan juga adanya peranan senyawa flavonoid (terutama asam caffeat, asam ferulat).

Madu mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah keriput atau penuaan dini. Semakin gelap warna madu maka semakin besar kandungan anti oksidannya (senyawa fenol). Zat antibakteri dalam madu dapat menyembuhkan jerawat. Hidrogen feroksida juga sangat efektif untuk membersihkan kulit.

Enzim peroksidase melakukan oksidasi metabolisme peroksida yang merupakan limbah metabolisme, yang dapat mempercepat penuaan. Selain sebagai nutrisi kulit, madu sebagai pelembab alami kulit dan berperan dalam perawatan rambut. Ini terbukti, telah digunakannya madu pada produk perawatan kulit dan rambut.

Beberapa asam organik madu (asam asetat, butirat, formiat,suksinat,glokolat, malat, sitrat,piruvat) terdapat juga hormon gonadotropin yang berguna bagi kesuburan refroduksi, serta berbagai senyawa penting lainnya yang sangat berguna bagi kesehatan kita.


Madu Efektif untuk Batuk pada Anak

Selama ini orangtua dan sebagian dokter selalu dengan mudah meresepkan dan memberikan obat batuk meski anak hanya mengalami batuk ringan. Di masa depan tampaknya pemberian obat-obatan tersebut akan mulai bisa dikurangi saat ditemukan terapi herbal yang lebih kecil efek samping dan dampaknya bagi tubuh manusia.Ternyata penelitian terakhir mengungkapkan bahwa madu dapat mengendalikan batuk pada anak. Penelitian terkini tersebut menyebutkan bahwa madu lebih efektif dibandingkan plasebo dalam mengontrol batuk malam hari pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA/URI). Kesimpulan tersebut bedasarkan penelitan acak buta ganda terkontrol yang dipublikasikan secara online 6 Agustus di Pediatrics.

Organisasi Kesehatan Duniapun merekomendasikan madu sebagai pengobatan batuk pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas. Menurut penelitian terkini, anak-anak dengan infeksi saluran napas atas dan batuk malam hari baik diberi 1 dari 3 produk madu yang berbeda atau plasebo pada pemberian 30 menit sebelum tidur. Hasil utama yang dievaluasi adalah perubahan subyektif dalam frekuensi batuk. Hasil sekunder yang diukur termasuk perubahan dalam tingkat keparahan batuk, efek batuk pada tidur untuk kedua anak dan orangtua, dan nilai gabungan pada survei pra-dan pasca penelitian. Herman Avner Cohen, MD, Pediatric Ambulatory Community Clinic, Petach Tikva, Israel, membandingkan skor gejala untuk setiap kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi dan menemukan bahwa pasien dalam semua 3 kelompok madu menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pasien yang diobati dengan plasebo . Tidak ada perbedaan signifikan antara berbagai jenis madu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing 3 jenis madu yaitu madu kayu putih, madu jeruk dan madu labiatae lebih efektif dibandingkan dengan plasebo untuk pengobatan semua hasil yang berkaitan dengan batuk malam hari, anak tidur, dan tidur orangtua. Para peneliti mendaftarkan 300 anak dengan Infeksi Salurabn Napas Atas, berusia 1 sampai 5 tahun, yang terlihat pada 1 dari 6 klinik masyarakat umum pediatrik antara Januari 2009 dan Desember 2009.

Pasien yang memenuhi syarat jika mereka menderita batuk malam hari dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Anak-anak tidak dilibatkan jika mereka memiliki gejala asma, pneumonia, laryngotracheobronchitis, sinusitis, atau rhinitis alergi. Pasien yang menggunakan setiap batuk atau obat pilek atau madu dalam 24 jam sebelumnya juga dikeluarkan atau tidak dimasukkan dalam penelitian. Orang tua diminta untuk mengevaluasi anak-anak hari presentasi, ketika tidak ada obat yang telah diberikan, dan kemudian lagi hari setelah dosis tunggal 10 g madu kayu putih, madu jeruk, madu labiatae, atau plasebo (Silan ekstrak tanggal) telah diberikan sebelum waktu tidur.

Penilaian pra-dan pasca-penelitian diperoleh menggunakan 5 jenis skala likert pada kuesioner tentang batuk anak dan kesulitan tidur. Hanya anak-anak yang orangtuanya dinilai sebagai keparahan setidaknya 3 (pada skala 7-point) selama paling sedikit 2 dari 3 pertanyaan yang berhubungan dengan batuk malam hari dan kualitas tidur pada kuesioner preintervention dimasukkan.

Dari 300 pasien yang terdaftar, 270 (89,7%) menyelesaikan studi satu malam. Usia rata-rata anak-anak ini adalah 29 bulan (kisaran, 12 - 71 bulan). Tidak ada perbedaan usia yang signifikan antara kelompok perlakuan. Keparahan gejala juga serupa di antara semua 4 kelompok perlakuan. Efek samping yang dilaporkan selama 5 pasien dan termasuk sakit perut, mual, dan muntah dan tidak berbeda nyata antara kelompok.

Para penulis mengakui keterbatasan studi, termasuk sifat subjektif dari survei dan fakta bahwa periode intervensi terbatas pada dosis tunggal. Selain itu, mereka mencatat bahwa beberapa perbaikan yang diukur mungkin disebabkan perkembangan alami dari infeksi saluran pernapasan atas, yang dapat memperbaiki dengan perawatan suportif dan waktu. Berdasarkan temuan tersebut madu dapat ditawarkan sebagai pengobatan alternatif untuk anak usia lebih 1 tahun.

Bahkan pada penelitian yang dilakukan Shadkam MN dkk menunjukkan bahwa madu lebih efektif dibandingkan obat batuk dekstrometorphan dan difenhidramin. Hasil studi itu menunjukkan bahwa menerima dosis 2,5-ml madu sebelum tidur memiliki efek yang lebih meringankan pada URI diinduksi batuk dibandingkan dengan dosis obat batuk dekstrometorphan dan difenhidramin.
Sedangkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh Oduwole ddk, juga menunjukkan bahwa . madu mungkin lebih baik dari bila tidak ada perawatan dan diphenhydramine dalam mengurangi gejala-gejala batuk tetapi tidak lebih baik dari dekstrometorfan.

Madu
Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Jika Tawon madu sudah berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang terdapat pada abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar sudah halus ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi fermentasi. Rasa manis madu disebapkan oleh unsur monosakarida fruktosa dan glukosa, dan memiliki rasa manis yang hampir sama dengan gula.

Madu memiliki ciri-ciri kimia yang menarik, dioleskan jika dipakai untuk pemanggangan. Madu memiliki rasa yang berbeda daripada gula dan pemanis lainnya.Kebanyakan mikroorganisme tidak bisa berkembang di dalam madu karena rendahnya aktivitas air yang hanya 0.6.Sejarah penggunaan madu oleh manusia sudah cukup panjang. Dari dulu manusia menggunakan madu untuk makanan dan minuman sebagai pemanis atau perasa. Aroma madu bergantung pada sumber nektar yang diambil lebah

Karena variasi madu asal botani berbeda dalam penampilan, persepsi sensorik dan komposisi. Komponen utama yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan adalah karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa tetapi juga sekitar 25 oligosakarida yang berbeda. Meskipun madu adalah makanan karbohidrat tinggi, indeks glisemik bervariasi dalam berbagai 32-85, tergantung pada sumber botani. Ini mengandung sejumlah kecil protein, enzim, asam amino, mineral, trace elements, vitamin, senyawa aroma dan polifenol. Tinjauan tersebut mencakup komposisi, kontribusi gizi komponennya, efek fisiologis dan gizi. Ini menunjukkan bahwa madu memiliki berbagai efek positif gizi dan kesehatan, jika dikonsumsi pada dosis yang lebih tinggi dari 50 sampai 80 g per asupan.

Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan dengan karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar 31,0%),sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar 48% fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa termasuk maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Seperti semua pemanis bergizi yang lain, madu sebagian besar mengandung gula dan hanya mengandung sedikit jumlah vitamin atau mineral.Madu juga mengandung sejumlah kecil dari beberapa senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan, termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan pinocembrin.Komposisi spesifik dari sejumlah madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang menghasilkan madu.

Analisa madu secara umum:Fruktosa: 38.2%, Glukosa: 31.3%, Maltosa: 7.1%, Sukrosa: 1.3%, Air: 17.2%, Gula paling tinggi: 1.5%, Abu (analisis kimia):0.2% Lain-lain: 3.2% Kekentalan madu adalah sekitar 1,36 kilogram per liter. Atau sama dengan 36% lebih kental daripada air.

Kandungan Gizi Madu
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)
Energi 1.272 kJ (304 kcal)
Karbohidrat 82.4 g
- Gula 82.12 g
- Serat pangan 0.2 g
Lemak 0 g
Protein 0.3 g
Air 17.10 g
Riboflavin (Vit. B2) 0.038 mg (3%)
Niacin (Vit. B3) 0.121 mg (1%)
Pantothenic acid (B5) 0.068 mg (1%)
Vitamin B6 0.024 mg (2%)
Folate (Vit. B9) 2 μg (1%)
Vitamin C 0.5 mg (1%)
Calcium 6 mg (1%)
Iron 0.42 mg (3%)
Magnesium 2 mg (1%)
Phosphorus 4 mg (1%)
Potassium 52 mg (1%)
Sodium 4 mg (0%)
Zinc 0.22 mg (2%)

Referensi :
  1. Herman Avner Cohen, Josef Rozen, Haim Kristal,Yoseph Laks, Mati Berkovitch, Yosef Uziel,Eran Kozer,Avishalom Pomeranz, Haim Efratj Effect of Honey on Nocturnal Cough and Sleep Quality: A Double-blind, Randomized, Placebo-Controlled Study. online August 6, 2012 peds.2011-3075

  2. Shadkam MN, Mozaffari-Khosravi H, Mozayan MR. A comparison of the effect of honey, dextromethorphan, and diphenhydramine on nightly cough and sleep quality in children and their parents. J Altern Complement Med. 2010 Jul;16(7):787-93.

  3. Oduwole O, Meremikwu MM, Oyo-Ita A, Udoh EE. Honey for acute cough in children. Cochrane Database Syst Rev. 2012 Mar 14;3:CD007094.
Sumber

  1. LUKA
  1. Penelitian dengan hewan
Berawal dengan penelitian madu secara empiris oleh para tentara perang Rusia dalam penyembuhan luka, Bergman dkk. (1983) melakukan penelitian madu pada tikus mencit. Tikus mencit dilukai di sekitar leher, dilakukan pemberian madu sebagai kelompok perlakuan dan larutan garam fisiologis (sesuai dengan osmolaritas tubuh) sebagai control negative.
Madu dan larutan garam fisiologis diberikan pada luka dua kali sehari selama 3, 6 dan 9 hari. Pembentukan jaringan dan epitel dinilai secara mkroskopik. Pembentukan kulit setelah pemberian madu mengalami kenaikan sebesar 58% setelah 3 hari, 114% setelah 6 hari, dan 12% setelah 9 hari dibandingkan dengan perlakuan luka dengangaram fisiologis. Setelah itu, ditemukan adanya pembentukan jaringan tebal di pusat luka pada mencit yang diberi perlakuan madu.
Selain pemberian madu secara topical/pada kulit, dilakukan pula penelitian kemampuan madu sebagai penyembuh luka secara oral (pemberian lewat mulut) pada tikus oleh Kandil dkk. (1987), El-Banby dkk. (1989), dan Suguna dkk. (1992). Madu diberikan secara oral sebanyak 0,5-1 ml kepada setiap tikus yang dilukai kulitnya. Madu yang diberikan secara oral ternyata mampu menyembuhkan luka sayatan pada tikus yang diteliti.
Luka yang diteliti bukan hanya luka sayatan, melainkan juga luka ulkus pada lambung yang disebabkan pemberian indometasin (Ali dkk, 1994) dan asetosal (Kandil dkk., 1987). Ali dkk. Memberikan madu selama dua kali sehari sebanyak 312 mg setiap kilogram berat badan tikus, sedangkan Kandil dkk. Memberikan madu sebanyak 4 gram setiap kilogram berat badan tikus selama tiga hari.
Ulkus yang disebabkan oleh indometasin maupun asetosal mampu disembuhkan oleh madu. Angka kesembuhan  pada penelitian Kandil dkk akibat pemberian madu berkisar sekitar 80%. Ali dkk. Menduga kemampuan madu sebagai penyembuh ulkus lambung disebabkan kekentalan madu yang mampu menjadi pelapis layaknya sucralfat (obat ulkus) dan adanya senyawa-senyawa dalam madu yang mampu meningkatan pembentukan granulasi sel-sel di lambung.
  1. Penelitian pada manusia
Pemberian madu secara topical mampu menyembuhkan luka akibat tindakan bedah vulva pada pasien penderita kanker vulva. Penelitian dilakukan oleh Cavanagh dkk. (1970) pada 12 pasien. Pasien diberi madu yang diaspirasikan pada perban steril, setelah 3-8 minggu diperoleh hasil yang mengagumkan. Madu mampu menyembuhkan luka pada vulva sekaligus menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri yang mengontaminasi luka pada vulva, yakni P.mirabilis, P.aeruginosa, E.coli, Enterobacter, S.faecalis, S.aureus, dan Clostridium perfringens.
Efem (1993) meneliti kemampuan madu sebagai penyembuh luka akibat gangrene, dan luka akibat diabetes mellitus pada pasien di Afrika. Madu diberikan secara topika sebanyak 15-30 ml sekali sehari. Luka gangrene dan luka diabetic sembuh dan membaik diikuti dengan tidak ditemukannya bakteri-bakteri yang sebelumnya ada di sekitar luka, yakni P.pyocyenea, E.coli, S.aureus,P.mirabilis, coliform. Klebsiella, Sterptococcus faecalis, dan Streptococcus pyogenes.
Luka  setelah operasi cesar juga tak luput dari penelitian para ahli dan dipublikasikan dalam Australia NZ Journal of Obstetrics & Gynaecology. Madu diaplikasikan dengan perban pada luka bekas operasi. Ditemukan kemampuan madu sebagai penyembuh luka bekas operasi Caesar akan membuka peluang penggunaan madu dalam klinik.
Kemampuan madu sebagai penyembuh luka dibandingkan dengan intraSite Gel. Penelitian dilakukan pada pekerja tambang emas dengan luka yang dangkal. Ditemukan lama penyembuhan pada luka tersebut tidak berbeda antara penggunaan madu dengan IntraSite Gel. Pada penyembuhan luka dengan madu, 27% subjek merasakan efek samping berupa gatal-gatal, sementara dengan IntraSiteGel sebanyak 31% subjek juga mengalami gatal-gatal. Selain itu, ditemukan adanya penghematan biaya dengan penggunaan madu dibandingkan dengan pemakaian IntraSite Gel (Ingle, R, dkk., 2006).
  1. LUKA BAKAR
  1. Penelitian dengan hewan
Penelitian kemampuan madu dalam menyembuhkan luka bakar pertamakali dilakukan oleh Postmes dkk. (1996) pada luka bakar babi. Selain madu, juga dilihat kemampuan larutan gula dan silver sulfadiazine (salep luka bakar yang telah terbukti efektif). Luka bakar yang diolesi madu, larutan gula dan silver sulfadiazine diamati secara histology selama hari ke-7 hingga ke-42 setelah terjadinya luka bakar. Madu dan larutan gula ternyata mampu menyembuhkan luka bakar setelah diberikan selama 21 hari, sedangkan waktu untuk penyembuhan luka bakar setelah pemberian silver sulfadiazine membutuhkan setidaknya 28 hingga 35 hari. Pada luka bakar yang diolesi madu dan larutan gula, ditemukan pembentukan myfibroblast.
  1. Penelitian pada manusia
Pada manusia dengan luka bakar sebesar 40%, dari total 52 pasien yang diteliti oleh Subrahmanyam (1993) yang diberi 15-30 ml madu setiap hari, ditemukan bahwa madu mampu menumbuhkan jaringan baru setelah 7,4 hari, sedangkan 52 pasien luka bakar yang diberi silver sulfadiazine membutuhkan waktu hampir dua kalinya, yakni 13,4 hari. Selain itu, peneliti yang sama membandingkan kemampuan madu dengan moisture permeable polyurethane film (OpSite) steril dalam menyembuhkan luka bakar. Luka nakar yang diberi madu akan sembuh setelah 10,8 hari, sementara yang menggunakan OpSite membutuhkan waktu 15,3 hari.
Subrahmanyam juga membandingkan madu dengan kulit kentang rebus yang digunakan sebagai penyembuh luka bakar. Madu menyembuhkan luka bakar setelah 10,4 hari, sementara kulit kentang rebus membutuhkan waktu 16,3 hari. Pembentukan jaringan baru setelah pemberian madu juga lebih cepat, yakni 6,8 hari dibandingkan dengan kulit kentang yang butuh waktu 3 hari lebih lama.
Tampaknya Subrahmanyam belum puas dengan hasil penelitian ini, karena itu dia juga membandingkan madu denan membrane amnion yang diambil dari ibu yang melahirkan secara normal maupun bedah cesar. Empat puluh pasien luka bakar diberi madu secara topical, 24 lainnya mendapat cairan amnion. Kedua bahan diberikan kepada pasien setiap dua kali sehari. Setelah 9,4 hari, pasien luka bakar yang diberi madu mengalami penyembuhan, sedangkan yang mendapatkan cairan amnion butuh waktu 17,5 hari.
Ndayisaba dkk. (1993) juga melakukan penelitian luka bakar pada pasien di Burundi. Tiga puluh tiga pasien yang diolesi madu, mengalami penyembuhan luka bakar setelah 5-6 minggu.[]
KHASIAT MADU BERDASARKAN PENELITIAN ILMIAH LAINNYA
  1. KONJUNGTIVITIS
Emarah (1985) melakukan penelitian untuk melihat kemampuan madu dalam menyembuhkan konjungtivitis (radang konjungtiva/belekan). Madu dioleskan selama 2-3 kali sehari pada sekitar mata. Semua pasien mengalami kesembuhan dengan madu tersebut.
  1. PERBAIKAN STATUS GIZI
Tingginya energy dalam madumenginspirasi peneliti dari Center for Research and Development of Nutrition and Food melakukan penelitian pengaruh madu terhadap status gizi anak balita di Kodya Bogor. Balita berumur 13-36 bulan yang menderita gizi kurang diberi madu dibaningkan dengan kelompok umur tersebut yang diberi sirop. Baik madu maupun sirop diberikan sebanyak 20 gram per hari. Pemberian perlakuan tersebut dilakukan selama dua bulan. Kedua perlakuan dikombinasikan dengan vitamin C dan B kompleks. Kombinasi madu dengan vitamin B kompleks dan C akan menurunkan angka kesakitan anak-anak balita, utamanya terhadap sakit panas dan pilek. Selain itu, madu akan meningkatkan nafsu makan (60%), porsi makan (50%), dan frekuensi makan (31%). Peneliti menduga bahwa selain pengaruh vitamin, madu berperan besar dalam merangsang nafsu makan karena mempunyai kadar gula yang tinggi dan dalam bentuk molekul yang mudah diserap oleh saluran pencernaan.
  1. PENGHILANG RASA SAKIT
Madu yang berasal dari bunga akasia diuji dengan menggunakan tikus mencit yang dirangsang rasa nyeriya dengan menjepit ekor dan telapak kakinya. Madu mampu menghambat terjadinya rasa nyeri hingga menit ke-60, sedangkan indometasin mampu menghilangkan rasa sakit hingga menit ke-120 (Azimi, dkk., 2007). Madu mampu menghambat rasa nyeri walaupun daya hambatnya berkisar satu jam.
  1. ORALIT
Jika selama ini yang kita kenal adalah oralit formula WHO menggunakan glukosa sebagai sumber karbohidrat, Haffeje dan Moosa (1985) mencoba mengganti sumber karbohidrat dalam oralit dengan madu. Bahan lainnya sama persis dengan formula WHO, yakni natrium, kalium, dan klorida, ditambah madu diberikan kepada 169 pasien anak usia 8 hari-11 tahun penderita diare. Masa penyembuhan dari dehidrasi terbukti lebih cepat dengan formula madu , yakni 58 jam, sementara yang diberi formula WHO butuh waktu 93 jam.
  1. GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN
Salem (1985) memberikan madu 30 ml sebelum makan sebanyak tiga kali sehari pada penderita gastritis, duodenitis, dan ulkus duodenum. Dua pertiga pasien mengalami perbaikan dari penyakitnya setelah pemberian madu secara oral tersebut. Kadar hemoglobin (Hb) pasien juga meningkat.
  1. AIDS
Pasien AIDS berusia 40 tahun, diberi madu sebanyak 80 gram selama 21 hari. Setelah diberikan selama 21 hari, dilakukan pemeriksaan fungsi biokimiawi dan hematologi pasien AIDS tersebut untuk melihat pengaruh madu. Ditemukan adanya penurunan kadar prostaglandin, nitritoksida, jumlah limfosit, jumla platelet, kadar protein serum, kadar albumin, kadar tembaga dalam darah. Tampaknya madu mampu meningkatkan keadaan biokimiawi hematologo pasien AIDS (Al-Waili, dkk., 2006).
  1. HEMOROIDS
Sejumlah 15 pasien usia 28-70 tahun, yang menderita hemoroid derajat 1 hingga 3 diberi campuran berisi madu, minyak zaitun, lilin lebah (komposisi 1:1:1) selama 12 jam. Ternyata, terjadi perdarahan, gatal-gatal, benkak, dan kemerahan serta rasa sakit dinilai dengan score. Keefektifan penyembuhan dinilai dengan perbandingan sebelum dengan sesudah perlakuan selama empat minggu. Terbukti campuran bahan berisi madu mampu mengurangi adanya perdarahan, rasa sakit, dan gatal-gatal secara bermakna. Dilaporkan tidak muncul adanya efek samping penggunaan bahan berisi madu pada penyembuhan hemoroid tersebut (Al-Waili, dkk., 2006).
  1. KANKER
Oksigen reaktif memegang peran penting pada proses kanker dan penyebaran kanker (metastasis). Salah satu ramuan terkenal yang digunakan untuk mengobati kanker adalah Kalpaamruthaa (berisi madu, Semecarpus anacardium, dan Emblica officinalis), diuji kemampuannya dalam menghambat kanker payudara pada tikus yang diinisiasi dengan sel kanker paudara. Hewan uji yang telah diberi ramuan Kalpaamruthaa diamati kadar peroksida lemak dan antioksidannya dari sampel darah, an organ vital, seperti hati, ginjal, dan jaringan payudara. Pada keadaan kanker, terjadi peningkatan peroksida lemak, sementara antioksidannya menurun. Dengan pemberian Kalpaamruthaa yang mengandung madu, diperoleh hasil adanya penurunan kadar peroksida lemak dan peningkatan kadar antioksida. Dengan demikian, dimungkinkan madu dan bahan lainnya dalam Kalpaamruthaa mampu menjadi pelindung terhaadp terjadinya kanker payudara (Veena., dkk, 2007).
  1. ANTIOKSIDAN
Kemampuan madu sebagai antioksidan diteliti dengan menggunakan metode elektrokimia yang menunjukkan kemampuan bahan dalam mereduksi radikal bebas. Madu yang diuji berasal dari 12 wilayah, semuanya menunjukkan kemampuan antioksidan yang memadai (nilai 0,9 terhadap kandungan fenol) (Buratti, dkk., 2007).
Madu Venezuela juga diuji kemampuan antioksidannya menggunakan metode oksidasi ferro dengan xylenol oranye, asam tiobarbiturat, dan aktivitas antioksidan. Kosentrasi pembentukan hidroperoksida lemak dan malonilalhedid diturunkan secara nyata oleh madu, yang menunjukkan kemampuannya sebagai antioksidan yang setara dengan melatonin dan vitamin E. kadar madu 50% setara dengan asam urat 0,62m yang bersifat antioksidan (Perez, dkk., 2006).
  1. PERDARAHAN
Pengaruh madu terhadap parameter hematologi dan biokimiawi tubuh setelah perdarahan (bleeding) juga tak luput dari pengamatan para ahli. Tikus Sprague-Dawly digunakan sebagai subjek penelitian yang diberi perlakuan 50% diet berisi madu dibandingkan dengan 50% dextrose. Delapan hari setelah bleeding, tikus diberi diet yang dibandingkan. Pemberian diet madu 50% mampu menurunkan kadar gula darah, enzim aspartat aminotransferase (AST), alanin aminotransferase (ALT) dan triasilgliserol, sel darah putih, serta menaikkan kadar hemoglobin (Hb), dan serum albumin. Parameter-parameter ini menunjukkan adanya kemampuan madu sebagai diet dalam penanganan perdarahan (Al-Waili, dkk., 2006).
  1. GANGGUAN HATI
Untuk melihat kemampuan madu sebagai hepato protektif/pelindung hati, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan karbon tetraklorida (CCl). CCl mengakibatkan adanya kerusakan di sel-sel hati sehingga tampak pada parameter AST dan ALT. AST dan ALT akan naik secara tajam setelah perlakuan CCl. Dengan pemberian madu pada tikus setelah pemberian CCl, diperoleh hasil bahwa madu mampu menurunkan kadar AST dan ALT secara bermakna (Al-Waili, dkk., 2006). Tampak bahwa madu mempunyai kemampuan menjadi pelindung hepar.
  1. MENGURANGI EFEK SAMPING RADIOTERAPI PADA KANKER
Penyembuhan kanker dengan raioterapi sering menimbulkan berbagai efek samping. Pada pasien kanker orofaring sering muncul efek samping mukositis. Empat puluh pasien yang mendapatkan radioterapi, diberi kombinasi pemberian madu 20 ml, yang diminum 15 menit sebelum radioterapi, 15 menit dan 6 jam sesudahnya. Ternyata, madu mampu menurunkan efek samping terjainya mukositis secara nyata (tinggal 20%). Selain itu, kepatuhan pasien dalam menggunakan madu setelah radioterapi juga baik (Biswal, dkk., 2003).

Pada kanker payudara, radioterapi juga menimbulkan efek samping kelainan di kulit. Madu juga diteliti pada kelainan kulit akibat radioterapi pada pasien-pasien kanker payudara. Madu yang dioleskan setelah radioterapi ternyata mampu menurunkan kejadian kelainan kulit akibat radioterapi (Moolenaar, dkk., 2006).

Sumber

Kontak Kami

Untuk Pemesanan :
0813 7859 4245
0853 6176 9237

Produk dan Harga

Alamat Kami :
Blok Gading Gg. Mufakat No. 229 (Berdekatan dengan Musholla Al Furqon Al Furqon) Klambir V Kampung
Kec Hamparan Perak Kab Deli serdang 20374 (Google Map)

Klik untuk Gabung/Mengikuti

Pembayaran

Pembayaran dapat dilakukan melalui rekening di bawah ini. Harap dikonfirmasi melalui sms/telpon/WA

BANK BNI
Atas Nama Azis Muslim
No. Rek 0249013303


NB :
Untuk Transfer Uang saat ini, kami hanya menggunakan rekening di atas. Terima kasih atas perhatiannya

Popular Posts